Tuty Andriani Blog Viewer

Kamis, 30 April 2015

Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita

ANATOMI FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA

1.      Genetalia eksternal

a.       Mons veneris
Daerah yang menggunung diatas simfisis, yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubis) apabila wanita beranjak dewasa.
b.      Labia mayora (bibir besar kemaluan)
Labia mayora terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yng serupa dengan jaringan yang ada  di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior.
c.       Labia minora (bibir kecil kemaluan)
Labia minora merupakan suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris, preputium klitoris dan dibawah klitoris frenulum klitoris. Kebelakang kedua labia minora juga bersatu dan membentuk fossa navikulare. Fassa navikulare pada wanita yang belum pernah bersalin tampak masih utuh, cekung seperti perahu.
d.      Klitoris
Klitoris identik dengan penis pada pria, kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan di tutupi oleh frenulum klitoris. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat bereresi, sifatnya amat sensitive karena banyak memiliki serabut syaraf.
e.       Vulva
Vulva berbentuk lonjong dengan ukuran paling panjamg dari muka ke belakang dan dibatasi di muka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dibelakang oleh perineum.di vulva 1-1,5 cm dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina. Dikiri dan kanan bawah lubang kemih dapat dilihat dua ostia skene. Dikiri dan kana bawah dekat fossa navikulare terdapat kelenjar bartolin. Kelenjar ini dengan ukuran diameter lebih kurang 1 cm, te
Rletak dibawah otot konstriktor kunni dan memunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang bermuara di vulva. Pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah lender.
f.       Vestibulum
Terletak dibawah selaput lender vulva,panjangnya 3-4 cm, lebar 1-2 cm, tebal 0,51-1 cm. mengandung banyak pembuluh darah. Pada waktu persalinan biasanya kedua kedua bulbus tertarik ke atas, kebawah arcus pubis, akan tetapi bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cidera dan sekali-kali timbul hematoma vulva atau perdarahan.
g.      Introitus vagina
Adalah pintu masuk ke vagina. Mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dan selalu dilindungi oleh labia minora. Dilindumgi oleh selaout dara (hymen). Hymen mempunyai bentuk berbeda-beda, dari yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang, atau yang ada pemisahnya (septum).  Hiatus himenalis (lubang selaput dara) dari yangseujumh jari sampai yang mudah di lalui oleh dua jari. Umumnya hymen robek pada koitus dan rooobekan ini terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 serta sampai dasar selaput dara. Sesudah persalinan, hymen robek pada beberapa tempat da nada yang dapat dilihat adalah sisa-sisanya (karunkula himenalis) saja.
h.      Perineum
Terletak diantara vulva dan anus. Panjangnya rata-rata 4 cm.

2.      Genetala internal

a.       Vagina
Merupakan penghubung antara interoitus dan uterus. Terletak diantara saluran kemih dan liang dubur, dibagian atasnya terletak dimulut Rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm, dan dinding belakang 10 cm. entuk dinding depannya berlipat-lipat dan disebut dengan rugae, sedangkam bagian tenganya ada bagian lebih keras (kolumna rugarum). Dinding vagina terdiri dari mukosa, lapisan otot, dan lapisan jaringan ikat. Fungsi penting vagina yaitu sauran keluar darah haid, alat untuk bersenggama dan jalan lahir waktu persalinan.
b.      Uterus
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng kea rah muka belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm,tebal dinding 1,25 cm. letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anterversiofleksio ( serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagin, demikian pula dengan korpus  uteri ke depan dan membentuk sudut dengan servik uteri).
Adapun fungsi uterus yaitu :
1.      Dalam siklus menstruasi, uterus berfungsi sebagai peremajaan endometrim.
2.      Dalam kehamilan, uterus berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin.
3.      Dalam persalinan, uterus berfungsi untuk berkontraksi sewaktu melahirkan dan sesudah melahirkan.
Uterus terdiri atas :
·         Fundus uteri
Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba fallopi masuk ke uterus.
·         Korpus uteri
Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Pda kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut dengan kavum uteri.
·          Servik uteri
Servik uteri terdiri atas pars vaginalis servvikalis servisis uteri yang dinamakan parsio, dan pars supravaginalis servisisbuteri atau bagian servik yang ada di atas vagina.
Secara histologik uterus terdiri atas :
·         Endometrium
Terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi.
·         Mymotrium
Lapisan otot polos disebelah dalam berbentuk sirkuler dan di sebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua oto ini terdapat otot obik, berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting karena pada persalinan setelah plasenta lahir, berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang berada ditempat itu dan yang terbuka.
·         Perimetrium
Terdiri aatas peritoneum viseraleyang meliputi dinding uterus bagian luar. Ke qnterior peritoneum menutuoi fundus dan korpus, kemudian membalik ke atas permukaan kandung kemih.
Ligament yang memfiksasi uterus :
·         Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum : mencegah  supaya uterus tidak turun.
·         Ligamentum sakro uterinum sinistrum et dekstrum : ligament yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak.
·         Ligamentum rotundum sinistrum ; menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan.
·         Ligamentum latum sinistrum et dekstrum
·         Ligamentum infundibulo pelvikum : menhan tuba fallopi berjalan kea rah infundibulum ke dinding pelvis.
c.       Tuba fallopi
Adalah saluran yang keluar dari kornu Rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-13 cm, diameter 3-8 mm.
Terdiri atas :
·         Pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus.
·         Pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
·         Pars ampularis, tempat konsepsi terjadi.
·         Infundibulum. Bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria berfungsi untuk menangkap telur untk kemudian menyalurkan telur ke dalam tuba
d.      Ovarium

Ovarium berbentuk oval dengan panjang 3-4 cm. bentuk seperti buah almond. Sebesar ibu jari tanganberukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. ovarium merupakan gonade perempun yang berfungsimenghasilkan ovum dan mensekresikan hormone kelain perempuan yaitu estrogen dan progestron.

Rabu, 29 April 2015

Rupture uteri

Rupture Uteri


Pengertian
1.    Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama periode ante natal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama stadium ke tiga persalinan(Chapman, 2006;h.288).
2.    Ruptur uteri adalah robekan yang dapat langsung terhubung dengan rongga peritonium (komplet) atau mungkin di pisahkan darinya oleh peritoneum viseralis yang menutupi uterus oleh ligamentum latum (inkomplit) (Cunningham,2005;h.217)
Terjadinya rupture uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinnya.Ruptur uteri di negara berkembang masih jauh lebih tinggi di bandingkan dengan di Negara maju. Angka kejadian rupture uteri di Negara maju dilaporkan juga semakin menurun. Sebagai contoh beberapa tahun yang lalu  dari salah satu penelitian di negara maju di laporkan kejadian rupture uteri dari 1 dalam 1.280 persalinan (1931-1950) menjadi 1 dalam 2.250 persalinan (1973-1983). Dalam tahun 1996 kejadiannya menjadi dalam 1 dalam 15.000 persalinan. Dalam masa yang hamper bersamaan angka tersebut untuk berbagai tempat di Indonesia dilaporkan berkisar 1 dalam 294 persalinan sampai 1 dalam 93 persalinan. Angka ini sebenarnya dapat diperkecil bila ada pengertian dari para ibu dan masyarakat.  Oleh karena itu, diagnosis yang tepat serta tindakan yang efektif juga penting, misalnya menguasai teknik operasi.

Pembagian rupture uteri 

Menurut tempat terjadi :
1. Rupture uteri gravidarum
Terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi pada konpus
2. Rupture Uteri durante partum
Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah yang paling terbanyak.

Menurut lokasinya:
1. Korpus Uteri
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti; SC klasik (korporal) atau miomektomi.
2. Segmen bawah rahim
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR tambah lama tambah tegang dan tipis dan akhirnya terjadi rupture uteri.
3. Servik uteri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versa dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
4. Kolpoporeksis-kolporeksi
Robekan-robekan diantara servik dan vagina.
Menurut etiologinya;
1. Rupture uteri spontanea
menurut etiologi dibagi menjadi 2:
a. Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada bekas SC, miomektomi, perforasi waktu kuretase, histerorafia, pelepasan plasenta secara manual
b. Karena peregangan yang luar biasa pada rahim, misalnya pada panggul sempit atau kelainan bentuk panggul, janin besar seperti janin penderita DM, hidrops fetalis, post maturitas dan grande multipara.
2. Rupture uteri vioventa (traumatika), karena tindakan dan trauma lain seperti;
a. ekstraksi forsef
b. Versi dan ekstraksi
c. Embriotomi
d. Versi brakston hicks
e. Sindroma tolakan (pushing sindrom)
f. Manual plasenta
g. Curetase
h. Ekspresi kisteler/cred
i. Pemberian pitosin tanpa indikasi dan pengawasan
j. Trauma tumpul dan tajam dari luar

Menurut gejala klinis:
1. Rupture uteri imminens (membakat=mengancam): penting untuk diketahui
2. Rupture uteri sebenarnya

Mekanisme rupture uteri
Pada umumnya uterus dibagi atas 2 bagian besar corpus uteri dans ervik uteri. Batas keduanya disebut ishmus uteri pada rahim yang tidak hamil. Bila kehamilan sudah kira-kira kurang lebih dari 20 minggu, dimana ukuran janin sudah lebih besar dari ukuran kavum uteri, maka mulailan terbentuk SBR ishmus ini. Batas antara korpus yang kontraktil dan SBR yang pasif disebut lingkaran dari bandl. Lingkaran bandl ini dianggap fisiologi bila terdapat pada 2 sampai 3 jari diatas simpisis, bila meninggi, kita harus waspada terhadap kemungkinan adanya rupture uteri mengancam (RUM). Rupture uteri terutama disebabkan oleh peregangna yang luar biasa dari uterus. Sedangkan uterus yang sudah cacat, mudah dimengerti, karena adanya lokus minoris resisten. Pada waktu inpartu, korpus uteri mengadakan kontraksi sedang SBR tetap pasif dan servik menjadi lunak (efacement dan pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus tidak dapat maju (obstruksi), sedang korpus uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat) maka SBR yang pasif ini akan tertarik keatas, menjadi bertambah reggang dan tipis. Lingkaran bandl ikut meninggi, sehingga sewaktu-waktu terjadi robekan pada SBR tadi. Dalam hal terjadinya rupture uteri jangan dilupakan peranan dari anchoring apparrtus untuk memfiksir uterus yaitu ligamentum rotunda, ligamentum sacro uterina dan jaringan parametra.

Diagnosisi dan gejala klinis:
Gejala rupture uteri mengancam
1. Dalam tanya jawab dikatakan telah ditolong atau didorong oleh dukun atau bidan, partus sudah lama berlangsung.
2. Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri diperut.
3. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan, bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
4. Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya.
5. Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged laboura), yaitu mutut kering, lidah kering dan halus badan panas (demam).
6. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus menerus.
7. Ligamentum rotundum teraba seperrti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras terutama sebelah kiri atau keduannya.
8. Pada waktu datangnya his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan sbr teraba tipis dan nyeri kalau ditekan.
9. Penilaian korpus dan sbr nampak lingkaran bandl sebagai lekukan melintang yang bertambah lama bertambah tinggi, menunjukkan sbr yang semakin tipis dan teregang.sering lingkaran bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih yang penuh untuk itu lakukan kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan tipisnya sbr didinding belakang sehingga tidak dapat kita periksa. Misalnya terjadi pada asinklintismus posterior atau letak tulang ubun-ubun belakang.
10. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang keatas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada hematuria.
11. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia).
12. Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi, seperti edema portio, vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.
Gejala-gejala rupture uteri:
1. Anamnesis dan infeksi
a. Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar keringat dingin sampai kolaps.
b. Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.
c. Muntah-muntah karena rangsangan peritoneum
d. Syok nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak teratur
e. Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tidak begitu banyak, lebih-lebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menyumbat jalan lahir.
f.  kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ketungkai bawah dan dibahu.
g. Kontraksi uterus biasanya hilang.
h. Mula-mula terdapat defans muskuler kemudian perut menjadi kembung dan meteoristis (paralisis khusus).
2. Palpasi
a. Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan
b. Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari PAP
c. Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada dirongga perut, maka teraba bagian-bagian janin langsung dibawah kulit perut, dan di sampingnya kadang-kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.
d. Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek
3. Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit setelah rupture, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk kerongga perut.
4. Pemeriksaan dalam
a. Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun kebawah, dengan mudah dapat didorong keatas, dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak
b. Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi maka dapat diraba usus, omentum dan bagian-bagian janin
c. Kateterisasi
hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada kandung kemih
d. Catatan
1) Gejala rupture uteri incomplit tidak sehebat komplit
2) Rupture uteri yang terjadi oleh karena cacat uterus biasanya tidak didahului oleh uteri mengancam.
3) Sangat penting untuk diingat lakukanlah selalu eksplorasi yang teliti dan hati-hati sebagai kerja tim setelah mengerjakan sesuatu operative delivery, misalnya sesudah versi ekstraksi, ekstraksi vakum atau forsef, embriotomi dan lain-lain

Upaya pencegahan (provilaksis)
1  Panggul sempit atau CPD
Anjurkan bersalin di rumah sakit. Lakukan pemeriksaan yang teliti misalnya kalau kepala belum turun lakukan periksa dalam dan evaluasi selanjutnya dengan pelvimetri. Bila panggul sempit (CV 8 cm), lakukan segera seksio sesarea primer saat inpartu.
2. Malposisi Kepala
Coba lakukan reposisi, kalau kiranya sulit dan tak berhasil, pikirkan untuk melakukan seksio sesarea primer saat inpartu.
3. Malpresentasi
Letak lintang atau presentasi bahu, maupun letak bokong, presentasi rangkap.
4.   Hidrosefalus
5.   Rigid cervix
6.   Tetania uteri
7.   Tumor jalan lahir
8.   Grandemultipara + abdomen pendulum
9.   Pada bekas seksio sesarea
Beberapa sarjana masih berpegang pada diktum : Once a Caesarean always a Caesarean, tetapi pendapat kita disini adalah Once a Caesarean not necessarily a Caesarean, kecuali pada panggul yang sempit. Hal ini disebut Repeat Caesarean Section. Pada keadaan dimana seksio yang lalu dilakukan korporal pasien harus bersalin dirumah sakit dengan observasi yang ketat dan cermat mengingat besarnya kemungkinan terjadi ruptur spontan. Kalau perlu lakukan segera repeat c section. Pasien seksio sesaria dengan insisi SBR dibandingkan dengan korporal menurut statistik kemungkinan terjadinya ruptur relatif kecil, Namun demikian partus harus dilakukan di RS dan kalau kepala sudah turun lakukan ekstraksi forsep.
10.  Uterus cacat karena miomektomi, kuretase, manual uri, maka dianjurkan bersalin di RS dengan pengawasan yang teliti.
11.  Ruptur uteri karena tindakan obstetrik dapat dicegah dengan bekerja secara lege artis, jangan melakukan tindakan kristaller yang berlebihan, bidan dianjurkan mempertimbangkan  pemberian oksitocin sebelum janin lahir, kepada dukun diberikan penataran supaya waktu memimpin persalinan jangan mendorong-dorong, karena dapat menimbulkan ruptura uteri traumatika.

Prognesis
Rupture uteri merupakan peristiwa yang sangat gawat bagi ibu dan lebih-lebih bagi anak.
Prognosa ibu tergantung dari beberapa faktor:
1. Diagnosa serta pertolongan yang cepat dan tepat
2. Keadaan umum penderita
3. Jenis rupture dan apakah arteri uterina ikut putus
4. Cara terjadinya ruptur; ruptur uteri pada bekas parut lebih baik dari yang traumatika
5. Fasilitas tempat pertolongan, penyediaan cairan dan darah yang cukup
6. Keterampilan operator dan jenis anestesi
– Antibiotika yang tepat dan cukup
– Perawatan postoperatif

Preeklamsia pada ibu Hamil

Preeklamsia pada ibu Hamil

Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi pada ibu hamil dan kelebihan kadar protein dalam urine. Tekanan darah ibu hamil yang mengalami preeklamsia biasanya di atas 130/90 (normal 120/80). Namun ibu hamil baru disebut preeklamsia bila usia kehamilan sudah menginjak 20 minggu ke atas. Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti preeklamsia hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi plasenta yang tidak tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada gangguan pada pembuluh darah si ibu.


Faktor yang menyebabkam pereklamsi :

1. Faktor makanan

Makanan diduga juga bisa menyebabkan preeklamsia pada kehamilan. Kekurangan kalsium pada tubuh ibu hamil yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berujung pada preeklamsia. Kalsium dapat membantu menjaga pembuluh darah dan menjaga tekanan darah tetap normal. Demikian pula, kekurangan protein, protein yang berlebihan, minyak ikan, vitamin D dan faktor makanan lainnya juga berperan sebagai penyebab preeklamsiaa.

2. Obersitas

Obesitas juga disebut-sebut sebagai penyebab lain preeklamsia. Indeks masa tubuh yang tinggi berkaitan dengan diabetes, tekanan darah tinggi serta resistensi insulin, dapat mempengaruhi sistem inflamasi.


Cara pencegahan preeklamsia:

Untuk mencegah preeklamsia, perempuan yang berencana hamil harus rutin melakukan cek kesehatan. Cek kesehatan yang wajib dilakukan adalah cek tekanan darah tinggi dan cek kesehatan lain seperti diabetes, lupus, tiroid, dan ginjal. Saat hamil, cek kehamilan perlu dilakukan lebih sering, minimal satu bulan sekali. Selain itu makanlah makanan yang bergizi dan kurangi konsumsi garam, makanan berlemak, serta istirahat yang cukup. Jangan minum sembarang obat. Mintalah obat dari dokter supaya dosisnya terjaga dan tidak membahayakan janin.

Klasifikasi preeklamsia :


Pre-eklamsia ringan

Pre-eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas (Rukiyah, 2010).
Gejala klinis pre eklamsi ringan meliputi :
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.
b. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
c. Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif
d. Tidak disertai gangguan fungsi organ
e. Pre-eklamsia berat

Preeklamsia berat

Preeklamsia berat dalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atu lebih disertai protein urin dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah, 2010).
 Gejala dan tanda pre eklamsia berat :
a. Tekanan darah sistolik >160 dan diastolik >110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria > 3gr/liter/24 jam atau positif 3 atau positif 4
c. Pemeriksaan kuatitatif bisa disertai dengan :
d. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
e.Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
f. Terdapat edema paru dan sianosis.
g. Gangguan perkembangan intra uterin h. Trombosit < 100.000/mm3
Cute Red Bow Tie Pointer