Definisi
Kematian janin yang terjadi tanpa alasan yang jelas pada kehamilan, normal
tidak rumit.
Ini terjadi pada sekitar 1 persen dari kehamilan dan biasanya (tergantung pada
sumber daya tersebut) dianggap sebagai kematian janin ketika terjadi setelah
minggu ke-20 kehamilan dan / atau berat sama dengan atau lebih dari 500 gram.
American College of Obstetrics and Gynecologists juga merekomendasikan kematian
termasuk terjadi pada 22 minggu kehamilan atau lebih (kelompok lain menggunakan
20 minggu kehamilan). Meskipun definisi kematian janin paling sering digunakan
dalam literatur medis, hal ini bukan berarti definisi saja. Bahkan di Amerika
Serikat, perbedaan dalam definisi yang digunakan adalah substansial. Pusat
Nasional Statistik Kesehatan AS, sebuah divisi dari Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit, update secara berkala Model Statistik Vital Negara
Undang-Undang dan peraturan untuk membantu negara dalam mengembangkan
undang-undang vital statistik. Mereka merekomendasikan pelaporan kematian janin
yang terjadi pada janin dengan berat 350 gram atau lebih atau dari 20 minggu
kehamilan atau lebih besar (lihat Pusat Nasional Statistik Kesehatan).
Kebijakan ini, tetapi, hanya panduan dan praktek pelaporan bervariasi antara
negara.
Etiologi
Secara
umum:
3.
Penyakit-penyakit
kelainan darah
4.
Penyakit-penyakit
infeksi dan penyakit menular
5.
Penyakit-penyakit
saluran kencing; bakteriuria, peelonefritis,
6.
glomerulonefritis
dan payah ginjal
8.
Malnutrisi
dan sebagainya.
1 Faktor Ibu
1.
Kehamilan
posterm (lebih dari 42 minggu)
Kehamilan lebih dari 42 minggu.Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan
mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan
asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental
dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal
ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus
arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera
dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal
kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.
2.
Diabetes
(kurang terkontrol)
Kadar
glukosa maternal yang tidak stabil bisa menyebabkan terjadinya janin mati dalam
rahim, yang merupakan kejadian khas pada ibu dengan diabetes.
Janin
yang terpapar hiperglikemia cenderung mengalami asfiksia dan sidosis walaupun
mekanisme yang pasti belum jelas, tetapi diduga keto-asidosis mempunyai
hubungan yang erat dengan matinya janin. Bila kadar glukosa darah meternal
dalam batas normal, kematian janin dalam rahim jarang terjadi.
Hiperinsulinemia
yang terjadi pada janin akan meningkatkan kecepatan metabolisme dan keperluan
oksigen untuk menghadapi keadaan-keadaan seperti hiperglikemia, keto-asidosis,
pre-eklampsia dan penyakit vaskuler yang dapat menurunkan aliran darah
utero-plasenter serta oksigenasi janin.
3.
Lupus
eritematosus sistemik
Lupus
eriterrnatosus sistemik adalah penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ
dengan manifestasi klinis yang bervariasu dari yang ringan sampai berat. Gejala
LES bersifat sistemik, artinya menyerang seluruh bagian tubuh. Gejala umunya
berupa kelelahan, pucat, anemia, demam dan berat badan menurun akibat nafsu
makan menurun. Gejala sistemik mulai dirasakan bila kompleks imun mengendap
pada salah satu organ dan kemudian organ lain. Organ yang paling utama diserang
adalah dermatomuskuloskeletal(kulit dan organ pergerakanKompleks imun juga
dapat mengendap pada organ vital seperti jantung, saraf, paru-paru,
gastrointetinal, hati dan bahkan organ lain.
4.
Infeksi
Saat
hamil sebaiknya menjaga kondisi tubuh dengan baik guna menghindari berbagai
infeksi bakteri atau virus. Bahkan, demam tinggi pada ibu bisa mengakibatkan
janin tidak tahan akan panas tubuh ibunya.
1.
Hipertensi
2.
Preeklamsia
3.
Eklampsia
4.
Hemoglobinopati
5.
Tingkat
lanjut usia ibu
6.
Penyakit
Rh
Terutama
pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B,
sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam
kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah
janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka Moms akan membentuk zat antibodi.
1.
Uterine
pecah
2.
Sindrom
antifosfolipid
3.
Hipotensi
akut
4.
Kematian
Ibu
2 Faktor Janin
1.
Beberapa
kali kehamilan
2.
Pertumbuhan
pembatasan Intraurine
3.
Kelainan
congenital
Yang
bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi
cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa
menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari
banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau
terjadi kelainan pada paru-parunya.
1.
Kelainan
genetic
Kelainan
kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik
biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi.
Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain
biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari
plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
2.
Infeksi
(yaitu, parvovirus B-19, CMV, listeria)
3 Faktor dari Plasenta
1.
Keabnormalan
tali pusat.
2.
Ketuban
pecah dini.
3.
Plasenta
previa
Komplikasi
Kematian
janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah
lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo fibrigenemia)
akan lebih besar. Karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus diakukan setiap
minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia. Bahayanya
adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar
atau pemberian fibrinogen.
1.
Trauma
emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan
cukup bulan.
2.
Dapat
terjadi infeksi bila ketuban pecah.
3.
Dapat
terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung > 2 minggu.
Diagnosis
1.
Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin
sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan
bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan
ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau
melahirkan.
2.
Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama
pada ibu yang kurus.
3.Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba
gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi
pada tulang kepala janin.4.Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone
akan
terdengar DJJ.
1. Reaksi keham
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa
minggu janin mati dalam kandungan.
2. Rontgen
Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin, yaitu:
Tanda
Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi pada tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
atau kepala saling tumpang tindih
3. Ultrasonografi
Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin
Penatalaksanaan
Data
subjektif dan objektif
1. Gerakan janin
berhenti
2. Pertumbuhan uterus
berhenti. Pasien dapat mengalami penurunan berat badan. Besar uterus dapat
menjadi lebih kecil dari yang diperkirakan.
3. Denyut jantung janin
tidak ada.
Penilaian
1. Diagnosis banding
Diagnosis banding meliputi missed
abortion, kehamilan ekstrauterin dan kehamilan mola.
2. Komplikasi potensia
Meliputi koagulasi intravaskular
diseminata, sepsis, perdarahan post partum, dan emboli cairan ketuban.
Rencana
Data
diagnostik tambahan
1. Ultrasonografi:
Dengan scan real-time tidaka adanya aktivitas jantung memastikan kematian
janin. Tengkorak janin yang kolaps memberi kesan bahwa janin telah mati 1
minggu atau lebih.
2. Foto abdomen: 5 hari
atau lebih setelah kematian janin kelainan-kelainan yang ditemukan meliputi
tulang tengkorak janin yang saling tumpang tindih (tanda spalding) yang
disbabkan oleh mencairnya otak, lengkungan tulang belkang janin yang berlebihan
dan sikap janin yang abnormal.
3. Amniosintesis: Cairan
amnion cenderuing untuk menjadi merah, coklat atau keruh. Methemeglobin dan
peningkatan kreatin fosfokinase dapat diidentifikasi. Pewarnaan gram dan biakan
mendeteksi infeksi intrauterin.
4. Tes-tes koagulasi:
Fibrinogen, jumlah trombist, massa protrombin dan massa tromboplastin parsial
dapat mengindentifikasi atau menyingkirkan kemungkinan koagulasi.
Penatalaksanaan
dan pendidikan pasien
1. Persalinan seringkali
diinduksi bila dignisis telah ditegakjkan sebagai usaha untuk mencegak defek
koagulasi yang potensial, infeksi dan menekan masalah-masalah psikologis yang
berhubungan dengan pengetahuan bahwa janin intrauterine telah mati
2. Suppositoria vagina
yang mengandung proistaglandin biasanya dianjurkan.
3. Sokongan emosional
yang cukup adalah esensial.
Penatalaksanaan Lanjut
Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu kadar fibrinogen menurun dengan
kecenderungan terjadinya koagulapati. Masalah menjadi rumit bila kematian janin
terjadi pada salah satu bayi kembar.
Bila
diagnosis kematian telah ditegakkan, dilakukan pmeriksaan tanda-tanda vital
ibu, dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, gula darah.
Diberikan KIE pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan penyebab kematian
janin; rencana tindakan; dukungan emosional pada penderita dan keluarga, yakinkan
bahwa kemungkinan lahir pervaginam.
Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu, umumnya
tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi seara aktif dengan induksi
persalinan dengan oksitosin atau misoprostol. Tindakan prabdominal bila janin
letak lintang. Induksi persalinan dapat dikombinasi oksitosin + misoprostrol.
Hati-hati dnegan uterus paskaseksio sesarea ataupun miomektomi, bahaya terjadi
rupture uteri.
Pada
kematian janin 24-48 minggu dapat digunakan, misoprostol secara vaginal (50-100
ug tia 4-6 jam) dan induksi oksitosin. Pada kehamilan di atas 28 minggu dosis
misoprostol 25 ug pervaginam/6 jam