1. ADAPTASI
FISIOLOGIS SISTEM KARDIOVASKULER PADA KEHAMILAN
a. Volume
Darah
Volume darah total meningkat sebesar 30-50%,
dan bisa lebih pada kehamilan multipel. Kapasitas pengangkut oksigen harus
dipertahankan saat terjadinya peningkatan volume darah yang bersirkulasi.
Absorpsi besi (Fe) meningkat untuk memenuhi kebutuhan akan peningkatan
hemoglobin selama terjadi penambahan volume darah (hemodilusi). Perubahan
estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler yang
diikuti oleh peningkatan retensi natrium dan air serta ekspansi volume darah
(plasma) atau hemodilusi.
b. Curah
jantung (Cardiac Output)
Volume darah dan curah jantung meningkat
sejajar. Curah jantung meningkat sekitar 30-50%, suatu peningkatan rerata 1,5
liter per menit dari 4,5 liter/mnt menjadi 6 liter/mnt. Curah jantung meningkat
cepat pada trimester I dan dipertahankan selama kehamilan. Peningkatan curah
jantung lebih besar lagi pada kehamilan multipel. Curah jantung dipengaruhi
oleh postur, saat wanita hamil berbaring terlentang, uterusnya dapat menekan
vena cava inferior yang menyebabkan penurunan curah jantung. Saat persalinan,
curah jantung meningkat sebesar 2 liter per mnt.
Pada kehamilan frekuensi denyut jantung (FDJ)
maupun volume sekuncup jantung meningkat. FDJ meningkat segera setelah
implantasi rata-rata 20% (15 denyutan per menit) yakni dari 70 kali per mnt
menjadi 80 kali per mnt. Sementara volume sekuncup jantung biasanya meningkat
sekitar 10% dari 64 ml menjadi 71 ml. Estrogen dapat merangsang peningkatan
penimbunan komponen sel miokardium dan meningkatkan kontraktilitas miokardium.
c. Tekanan
Darah
Kehamilan normal tidak banyak berpengaruh pada
tekanan darah. Sekalipun dalam kehamilan terjadi peningkatan curah jantung dan
resistensi vascular, tekanan sistolik ternyata tidak banyak berubah. Namun,
tekanan diastolic cenderung lebih rendah pada dua trimester pertama dan kembali
ke tingkat sebelum hamil pada trimester ketiga.
Pada akhir kehamilan, sebagian besar wanita
mengalami pembengkakan (oedema) di tungkai bawah akibat kombinasi efek
progesteron yang melemaskan tonus vascular perifer, terhambatnya aliran balik
vena oleh uterus (vena cava syndrome), dan gaya gravitasi.
2.ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM
HEMATOLOGIS PADA KEHAMILAN
Wanita hamil mengalami anemia
ringan. Produksi hemoglobin dan massa total eritrosit pada ibu meningkat selama
kehamilan akibat meningkatnya produksi eritropoetin. Volume vaskuler maternal
meningkat sangat banyak. Hal ini menyebabkan anemia delusional ringan
yang melindungi ibu dari kehilangan hemoglobin yang berlebihan saat persalinan.
Wanita hamil juga
dapat mengalami leukositosis (peningkatan jumlah leukosit) ringan yang dapat
menjadi jelas selama persalinan dan pasca persalinan. Wanita hamil juga dapat
mengalami hiperkoagulabilitas. Peningkatan koagulabilitas terjadi karena adanya
peningkatan sintesis prokoagulan di hepar. Sampai 8% wanita akan mengalami
trombositopenia ringan (< 150.000 platelet/ml).
Berikut ini ringkasan perubahan hematologis
pada kehamilan :
1. Volume plasma
Perubahan kehamilan : meningkat sampai sekitar 50% dari 2600 ml
menjadi 3900 ml
Catatan : Lebih besar pada
kehamilan kedua dan berikutnya, berkolerasi dengan berat lahir
2. Massa eritrosit
Perubahan kehamilan : Meningkat (sekitar 18%)
Catatan :
Meningkat lebih besar apabila ibu mendapat suplemen zat besi (bisa sampai 30%)
3. Leukosit
Perubahan kehamilan : Baik jumlah sel maupun aktivitas metabolik
meningkat
Catatan :
Peningkatan inisial terjadi awal kehamilan dan serupa dengan respons terhadap stress lain
4. Protein plasma
Perubahan kehamilan :
Menurun
Catatan : Penurunan tekanan
osmotic koloid plasma merupakan predisposisi terjadinya edema
5. Faktor pembekuan
Perubahan kehamilan : Meningkat
Catatan : Faktor fibrinolitik justru
berkurang
6. Trombosit
Perubahan kehamilan :
Menurun
Catatan : Faktor fibrinolitik
justru berkurang
3.
ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM RESPIRASI PADA KEHAMILAN
Usaha
pernafasan ibu harus meningkat pada kehamilan untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolik jaringan ibu dan janin. Pada akhir kehamilan, konsumsi
oksigen meningkat sebesar 16-20%. Sistem respirasi juga
dipengaruhi oleh volume uterus yang terus membesar. Diafragma
melakukan sebagian kerja respirasi, pernafasan lebih bersifat torakhalis dari
pada abdominalis.
`Seiring
dengan peningkatan kadar progesteron selama kehamilan, peningkatan
responsivitas terhadap pCO2 menyebabkan volume tidal dan volume
ventilasi per menit meningkat. Karena itu, hiperventilasi merupakan hal normal
pada kehamilan. Konsumsi oksigen meningkat, namun tekanan oksigen arteri tidak
mengalami perubahan.
Tekanan parsial oksigen pada ibu sedikit
meningkat (dari 95-100 menjadi 101-106 mmHg) dan kadar karbondioksida menurun
(dari 35-40 mmHg menjadi 26-34 mmHg). Penurunan kadar karbondioksida pada
kehamilan menyebabkan alkalosis respiratorik ringan. Terjadi kompensasi
metabolik berupa peningkatan kadar ekskresi ion bikarbonat oleh ginjal. Selain
itu, progesteron juga memiliki efek local yaitu merelaksasi otot polos jalan nafas
(bronkus dan bronkiolus) dan pembuluh darah paru. Banyak wanita hamil mengalami
dispnea, yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan kecemasan, sering pada awal
kehamilan sebelum terjadi perubahan tekanan intraabdominal. Hal ini berkaitan
dengan pCO2 dan mungkin disebabkan hiperventilasi.
4. ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM
EKSKRESI PADA KEHAMILAN
Selama kehamilan, ginjal
meningkatkan ekskresi produk sisa sebagai respons terhadap peningkatan
metabolisme ibu dan janin, sementara retensi cairan dan elektrolit berubah
sebagai respons terhadap perubahan kardiovaskuler. Peningkatan volume darah
sirkulasi dan hemodilusi pada kehamilan dicapai melalui peningkatan reabsorpsi
natrium di tubulus ginjal.
Pada kehamilan,
anatomi makroskopik sistem ginjal mengalami perubahan. Ginjal membesar akibat
peningkatan aliran darah ginjal dan volume vaskuler. Peningkatan aliran darah
ginjal menyebabkan peningkatan laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration
rate-GFR) sejak awal kehamilan. Peningkatan GFR menyebabkan peningkatan kadar
natrium, glukosa, dan asam amino di dalam filtrate, namun reabsorpsi tubulus
ginjal juga meningkat sehingga sebagian besar beban natrium yang meningkat
tersebut direabsorpsi. Retensi natrium menyebabkan retensi cairan (penimbunan
air).
Selama kehamilan, fungsi vesica
urinaria juga terpengaruh. Frekuensi berkemih meningkat pada awal kehamilan
karena uterus yang sedang tumbuh di dalam cavum pelvis menimbulkan tekanan pada
vesica urinaria di bawahnya. Dinding vesica urinaria menjadi lebih edema dan
hiperemis, yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan trauma.
5. ADAPTASI FISIOLOGIS
SISTEM PENCERNAAN PADA KEHAMILAN
Progesteron merelaksasi otot polos
sehingga mempengaruhi seluruh saluran gastrointestinal selama kehamilan.
Pengosongan lambung menjadi lambat, begitu juga pergerakan zat-zat yang dicerna
di sepanjang saluran gastrointestinal. Pengosongan kandung empedu menjadi lebih
lama dan cairan empedu cenderung untuk mengendap di dalam saluran empedu dan
duktus koledukus. Gangguan ringan pada saluran gastrointestinal sangat sering
dijumpai dalam kehamilan. Gangguan ini meliputi mual, muntah, konstipasi dan
nyeri dada.
Gusi menjadi lebih hiperemis, edema
dan spongy karena efek estrogen pada aliran darah dan konsistensi jaringan
lunak. Gusi menjadi mudah berdarah dan lebih peka terhadap makanan yang kasar
dan tindakan menggosok gigi yang kuat. Kadang timbul nyeri pada ulu hati (heartburn),
suatu rasa/sensasi panas atau terbakar di midsternum, sering terjadi pada
30-70% wanita hamil. Efek progesteron pada tonus sfingter esophagus bawah
menyebabkan kompetensi sfingter terganggu sehingga meningkatkan kemungkinan
regurgitasi asam lambung ke esophagus.
Sekresi HCl lambung cenderung
menurun, sehingga kadang terjadi remisi/perbaikan gejala ulkus peptikum selama
kehamilan. Sekresi pepsin juga menurun, begitupun tonus dan motilitas lambung
juga menurun pada kehamilan.
6. ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM INTEGUMENTUM PADA
KEHAMILAN
Sejumlah perubahan dapat ditemukan
pada penampilan seorang wanita hamil. Peningkatan hormon melanotrofik (melanotrophic
hormone-MH) atau dikenal juga dengan MSH yang bersirkulasi menyebabkan
terjadinya peningkatan pigmentasi kulit. Pada awal kehamilan, putting susu dan
areola mamae bertambah hitam/gelap. Terbentuk satu garis gelap dari pusar
sampai pubis yang disebut linea nigra yang memperlihatkan garis pelipatan dan
fusi abdomen pada masa embrio. Kloasma gravidarum, pigmentasi berbercak yang
biasanya berbentuk kupu-kupu (mask of pregnancy) di sekitar mata dan
dahi. Freckles (lentigo) dan jaringan parut yang baru terbentuk mungkin
bertambah gelap.
PENENTUAN USIA KEHAMILAN
Beberapa cara penetapan usia
kehamilan adalah dengan menggunakan riwayat haid (menstruasi), pemeriksaan
klinis, dan pemeriksaan sonografi.
a. Penggunaan
riwayat haid
Jika seorang ibu memiliki siklus haid teratur
dan ia melakukan pemeriksaan kehamilan sedini mungkin, maka HPHT dapat
digunakan untuk mengestimasi usia kehamilan. Pada umumnya konsepsi dianggap
terjadi pada hari ke-14 pada siklus 28 hari.
b. Pemeriksaan
klinis
· Besar
uterus
Pada kehamilan muda (sampai dengan usia 12
minggu), besar uterus ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, sedangkan pada
kehamilan trimester II dan selanjutnya, besar uterus dilakukan melalui
pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU).
· Pergerakan
janin
Pada primigravida, pergerakan janin umumnya
dirasakan saat usia kehamilan mencapai 19-21 minggu, sedangkan pada
multigravida sudah terasa pada usia 17-19 minggu.
· Mendengar
DJJ
Pada usia kehamilan 12 minggu, DJJ sudah dapat
didengar dengan memakai fetal Doppler. Sementara itu dengan menggunakan
stetoskop monoaural (Laennec), DJJ dapat didengar pada usia kehamilan 17-18
minggu.
c. Pemeriksaan
sonografi
Pengukuran kantong gestasi (KG) dan panjang
janin (CRL-crown rump length) dapat digunakan pada trimester I (sampai dengan
12 minggu), dengan deviasi akurasi 2-5 hari. Pada usia kehamilan > 13
minggu, janin sudah mengalami fleksi sehingga ukuran CRL tidak dapat digunakan
lagi. Pada kehamilan trimester II dan III harus memakai ukuran lain, misalnya
diameter biparietal kepala janin (BPD), lingkar kepala, lingkar perut, lingkar
dada, dan panjang femur. Untuk usia kehamilan 14-18 minggu, BPD dapat
mengestimasi usia kehamilan dengan tingkat deviasi 9 hari. Sedangkan pengukuran
lingkaran kepala mengestimasi usia kehamilan dengan deviasi 4 hari.
Perkiraan tanggal kelahiran (expected date
of delivery) yang selama ini banyak digunakan adalah berdasarkan pada Rumus
Naegle yang didasarkan pada hari pertama haid terakhir (HPHT) yaitu dengan
menambahkan 7 pada tanggal HPHT (tanggal +7), dan mengurangi 3 atau menambahkan
9 pada bulan HPHT ( bulan -3/+9), dan menambahkan 1 / tidak ditambahkan pada
tahun (+1/+0). Rumus Naegle hanya memiliki akurasi bagi wanita yang memiliki
siklus haid 28 hari, padahal kini sebagian besar wanita tidak memiliki siklus haid
yang teratur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar