Perawatan Payudara
Perawatan
payudara pada ibu pada saat menyusui ditujukan untuk payudara senantiasa bersih
dan dan mudah dihisap oleh bayi dan pada saat menyusui juga harus dapat
memberikan efek kenyamanan bagi ibu, ada beberapa cara yang dpat dilakukan,
yaitu:
1.
Menjaga
payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu
2.
Menggunakan
BH yang menyokong payudara
3.
Apabila
puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting
susu yang tidak lecet.
4.
Apabila
lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
5.
Untuk
menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
6.
Apabila
payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
1.
Pengompresan
payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.
2.
Urut
payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut
payudara dengan arah “Z” menuju puting.
3.
Keluarkan
ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
4.
Susukan
bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya kelurkan
dengan tangan.
5.
Letakkan
kain dingin pada payudara setelah menyusui.
Pembesaran Payudara
Pembesaran
payudara adalah kondisi penuh yang berlebihan pada payudara. Payudara yang
mengalami pembesaran cenderung panas dan nyeri dengan kulit tegang dan
mengkilat. Pada periode postpartum awal, payudara yang membesar tidak hanya
penuh oleh air susu, payudara juga terdiri dari darah ekstra dan limfe yang
tertarik ke payudara karena perubahan hormon yang mempresipitasi produksi air
susu matur. Jadwal menyusui yang dibatasi diperkirakan merupakan determinan
utama pembesaran payudara. Untuk mencegah pembesaran payudara atau
pembengkakan, ibu harus dianjurkan untuk menyusui bayinya menurut isyarat bayi,
dan dengan posisi yang nyaman. Riset yang menelliti modalitas kenyaman untuk
terapi pembesaran menemukan bahwa pemulihan terbaik distensi payudara adalah
menyusui. Air susu harus dikeringkan agar ibu mendapatkan pemulihan. Jika bayi
tidak mampu menyentuh payudara yang sangat bengkak, rendam dengan air hangat,
kompres dingin dan atau penekanan air susu dengan tangan secara perlahan harus
dilakukan hingga air susu mulai mengalir dan payudara sedikit melunak.
Duktus Tersumbat
Duktus tersumbat juga disebut juga kongesti payudara merupakan kejadian yang
hampir umum pada minggu-minggu pertama menyusui. Sumbatan duktus diperkirakan
terjadi akibat hambatan aliran air susu karena tekanan internal dan eksternal
(misalnya pembesaran, BH dan pakaian ketat). Ibu harus dianjurkan untuk
menyusui secara sering jika bayi lapar, sebagai upaya mengosongkan area yang
tersumbat. Banyak klinisi menganjurkan perubahan orientasi posisi bayi sehingga
dagu bayi menekan ke segmen payudara yang tersumbat. Ini bertujuan memfokuskan
kerja masase lidah pada area yang tersumbat. Payudara tersumbat yang tidak
ditangani dapat berkembang menjadi mastitis. Penting untuk membantu ibu dalam
menentukan faktor yang berperan terhadap masalah ini, dan dalam meningkatkan
aliran air susu selama menyusui.
Penanganan
pada duktus tersumbat:
1)
Gunakan BH yang mendukung
2)
Susui bayi tiap 2 sampai 4 jam meskipun bayi tertidur
3)
Jika aerola mengeras jangan paksakan untu menyusui tetapi berikan kompres air
hangat.
4)
Hindari memompa payudara kecuali jika bayi menolak menyusui
5)
Saat bayi menyussui pijat payudara untuk membantu aliran ASI
6)
Untuk mengatasi sakit, kompres dengan air dingin atau makan tablet penghilang
sakit (mengandung achetaminophen)
Bendungan ASI
1. Pengertian
Bendungan
ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting
susu (Mochtar, 1998).
2. Etiologi
Bendungan
air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena
adanya pembatasan waktu menyusui. (Sarwono, 2009)
3. Tanda dan Gejala
Tanda
dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro, 2005):
1)
Payudara keras dan panas pada perabaan
2)
Suhu badan naik
3)
Putting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan bayi untuk
menyusu.
4)
Kadang-kadang pengeluaran air susu terhalang
Gejala
bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara
palpasi teraba keras, kadang kadang terasa nyeri serta sering kali disertai
peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan
demam. (Sarwono, 2009)
4. Patofisiologi
Sesudah
bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3
hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary
lactogenic hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen
tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon
ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi
sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil
kelenjar-kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada
permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air
susu (Wiknjosastro, 2005).
5. Penanganan
Penanganan
bendungan air susu dilakukan dengan pemakaian bra untuk menyangga payudara dan
pemberian analgetika, dianjurkan menyusui segera dan lebih sering, kompres
hangat, air susu dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan pemijatan (masase)
serta perawatan payudara. Jika perlu diberi supresi laktasi untuk sementara
(2-3 hari) agar bendungan terkurangi dan memungkinkan air susu dikeluarkan
dengan pijatan. Keadaan ini pada umumnya akan menurun dalam beberapa hari dan
bayi dapat menyusu dengan normal. (Sarwono, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar